SELAMAT DATANG !!!

Semoga Bermanfaat

30 April, 2009

BAGAIMANAKAH SOSOK PEMIMPIN ITU?

Indonesia saat ini sedang menanti pemimpinnya yang akan membawa mereka kepada kebaikan atau keburukan, Keselamatan atau kehancuran, atau hal-hal yang biasa saja sehingga bangsa ini tidak bisa berbuat hal-hal yang luar biasa. Sejatinya bangsa yang umat islamnya terbesar didunia Indonesia menjadi harapan yang terbesar akan lahirnya generasi Rabbani yang mewarisi nilai-nilai luhur dan akhlakul karimah. Kita ketahui banyak jenis pemimpin dinegeri ini baik itu seorang presiden, gubernur, menteri, Anggota Dewan, walikota, Bupati, Rektor bahkan ketua-ketua organisasi, orang tua dan lain-lain adalah seorang pemimpin. Lalu bagaimanakah pemimpin yang dinanti saat ini?
Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan sama setiap orang di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Mengutip dari George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut :
1. Mental dan fisik yang energik
2. Tingkat kecerdasan yang tinggi
3. Emosi yang stabil
4. Pengetahuan human relation yang baik
5. Motivasi personal yang baik
6. Cakap berkomunikasi
7. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
8. Ahli dalam bidang sosial
9. Berpengetahuan luas dalam hal teknikal dan manajerial

Namun ada 3 (tiga) mitos yang perlu diwaspadai dalam hal kepemimpinan itu yaitu :
1. Mitos the Birthright yaitu berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin
2. Mitos the For All - Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya.
3. Mitos the Intensity yang berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Sebagai bangsa yang religius maka Profil dasar seorang pemimpin masa depan mestinya memiliki korelasi dengan profil ulama dan intelek Muslim masa depan. Profil semacam ini sebagai produk dari masyarakat islami dengan ciri-ciri utama sosialnya sebagai masyarakat ideal yang rabbani; masyarakat insani dan terpandu dalam akhlak yang profetik (Yusuf Qarddhawi). Profil atau akhlak dasar pemimpin, ulama dan intelek Muslim ini akan melahirkan pribadi-pribadi yang jujur, beradab dan akhlakul karimah baik sebagai birokrat yang sekaligus intelektual yang menggeluti ilmu umum dan atau ulama yang lebih menggeluti ilmu agama.
Kenapa harus demikian? sebuah bukti bahwa di lembaga perguruan tinggi psikologi Harvard University, kini menemukan, untuk menjadi pemimpin (leader), faktor terpenting bukan hanya intelect quotient (IQ), tetapi adalah Emotional Intelegent (EQ). Ini menyangkut masalah spiritual dan kejiwaan. Unsur-unsur dari emotional intelegent yang diungkapkan Prof Daniel Goleman dari Harvard University ada lima yaitu, (1) Self awareness (tahu diri); (2) Self regulation (disiplin diri); (3) Motivation; (4) Empathy; (5) Social skill. Emotional intelegence ini termasuk faktor-faktor dalam genetika pribadi, namun dapat ditingkatkan dengan latihan. Dalam pandangan kita sebagai Muslim, tampak bahwa akidah dan ibadah sangat berpengaruh meningkatkan unsur-unsur emotional intelegence itu. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa hablum minallah wa hablum minannas sangat berpengaruh dalam meningkatnya emotional intelegence seorang pemimpin, sehingga akhirnya mencapai kematangan emosi. Begitulah seharusnya seorang pemimpin itu. Lalu Sipakah pemimpin kita kelak yang memenuhi kriteria diatas?

Pemimpin terbaik sepanjang jaman ini adalah Muhammad bin Abdullah. Dan sebuah bukti keteladanan dari kepemimpinan Muhammad saw, dia pernah bersabda diakhir kenabiannya "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah tentang apa yang telah aku perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?" Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan, "Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar? Bukankah telah kutaruh beberapa batu di perutku karena menahan lapar bersama kalian? Bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian? Bukankah telah ku sampaikan pada kalian wahyu dari Allah.....?" Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, "Benar ya Rasulullah!" Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah!" Nabi meminta kesaksian Allah bahwa beliau telah menjalankan tugasnya atau laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Mungkin inilah rahasia sukses besar kepemimpinan Rasulullah, yang tak sanggup dicontoh oleh manusia lainnya. Dari cuplikan pidato beliau tersebut dapat kita ambil 3 pilar utama kepemimpinan:
1. Penyampaian risalah (= mendidik rakyat)
2. Sabar atas kejahilan pengikut.
3. Hidup setara dengan standar rakyat umum
Nah saat ini siapapun orang yang akan menjadi pemimpin kita harus mencontoh dari orang terbaik tersebut bagaimana karakternya. Sebagai orang yang akan dipimpin Kita harus cerdas dan mau mengambil resiko baik atau buruk. Ingat Pemimpin yang baik berasal dari tempat yang baik dan didikan yang baik pula serta Pemimpin yang adil dan baik akan lahir jika masyarakatnya baik pula. Maka dari itu jadilah orang yang baik.